Tiongkok Tuding Tokyo Curi Diaoyu

Tiongkok Tuding Tokyo Curi Diaoyu

\"\"NEW YORK - Selain ketegangan Iran dan Israel, sengketa Kepulauan Senkaku alias Diaoyu yang melibatkan Jepang dan Tiongkok juga mewarnai Sidang Majelis Umum PBB. Setelah Perdana Menteri (PM) Jepang Yoshihiko Noda menolak berkompromi terkait dengan perebutan wilayah itu, giliran Tiongkok yang menuding Tokyo sebagai pencuri. Wakil Menteri Luar Negeri Tiongkok Yang Jiechi menegaskan bahwa gugus lima pulau dan tiga batu karang di Laut China Timur itu adalah bagian yang sah dari wilayahnya. Karena itu, dia menganggap Jepang telah mencuri kedaulatan Tiongkok dengan mengklaim Senkaku (Diaoyu) sebagai kepulauannya. Apalagi, Tokyo juga akan membeli kepulauan kaya mineral itu agar resmi menjadi bagian negaranya. \"Tiongkok mendesak keras Jepang untuk segera menghentikan seluruh aktivitasnya yang melanggar kedaulatan wilayah Tiongkok,\" paparnya di hadapan para petinggi dunia dalam Sidang Majelis Umum PBB Kamis lalu (27/9). Dia juga mengimbau Tokyo segera memperbaiki kesalahannya dan bersedia duduk semeja dengan Beijing untuk menyelesaikan konflik itu melalui perundingan. Dalam kesempatan tersebut, Yang mengatakan bahwa Jepang telah menjebak Tiongkok soal Senkaku (Diaoyu). Pada 1895, menurut dia, Tokyo mengelabui Beijing untuk meneken perjanjian soal kepulauan tak berpenghuni tersebut. Saat itu Tokyo menyebut Senkaku sebagai bagian resmi dari wilayahnya dan Beijing harus mengakui hal tersebut. \"Langkah yang ditempuh Jepang untuk menguasai kepulauan itu ilegal dan tidak sah. Mereka tak bisa mengingkari fakta bahwa mereka telah mencuri Diaoyu dari Tiongkok,\" paparnya. Dia lantas menyebut Perang Dunia II yang berlangsung pada 1939 sampai 1945 sebagai salah satu referensi kepemilikan sah Tiongkok atas Senkaku. Sebab, saat itu Jepang kalah perang. Sementara itu, Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Osamu Fujimura membantah keterangan Yang. Dia menyebut keterangan Tiongkok tersebut sebagai sesuatu yang tidak masuk akal dan emosional. \"Penting bagi dua negara untuk tetap bersikap tenang dan mengacu pada perspektif global serta berusaha menjaga dan memelihara komunikasi dua arah,\" tuturnya. Terpisah, sentimen anti-Tiongkok kembali muncul di Jepang. Kemarin (28/9) Kedutaan Besar Tiongkok di Kota Tokyo mengaku menerima sebuah peluru. Peluru asli itu dikirim melalui pos. \"Pelaku menuliskan nama PM Jepang sebagai pengirim,\" ujar seorang polisi yang menangani kasus tersebut. Sejauh ini polisi masih memburu pelaku dan meningkatkan penjagaan di kedubes dan sekitarnya. (AP/AFP/RTR/hep/c10/ami)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: